Pada rembulan yang sembunyi aku merayu..
Agar ia tak enggan temani
Tapi ia tak kunjung wujudkan rupa...
Hingga mataku sayu oleh malam
Riak rindu yang menggebu, sentuh lembut sanubari...
Mungkin kekasih sedang memimpikanku malam ini
Duhai bayu... bisikan namaku di telinganya...
(nyitz;13 juni ’07)
Seperti lembut sutera pada kulit perempuan
Serupa pancar redup cenayang yang tenang
Lusuh rupaku pun tak lekas suram
Yang kurasa layaknya gemuruh guntur tersamarkan awan
Menjelma dalam dada....
Aku melemah saat kudapati ciumanmu
Lembut di bibirku...
(nyitz; 10 Juni 07)
Buih sejuk dari hujaman air dingin pada batu kapar
Menerpa wajahku...
Hembus angin bukit yang lintasi gemerisik pinus
Menghantam punggungku...
Aliran bening memaku kaki dan jemariku
Meski permukaannya biaskan cahaya tiga warna...
Pria itu terus di sisi lenganku
Rautnya segar, senyumnya riang.
Ia terus dengungkan rindunya untukku.
Dan..perempuan itu...
Membungkam sedinhya pada air beku dan hawa dingin.
Duduk mematung berpermadani batu terjal
Lalu yang kuamati hanya punggungnya
Punggung yang kuyu...
Sementara dalam deru air baja...
Pria itu terus memanggilku
......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar