Rabu, 24 Desember 2008

“NARAYA PADA SENJA”

Sungguh! Aku tidak pernah menyerukan cinta, bahkan pada kekasihku sebelumnya. Hingga pada suatu senja yang menjingga, di sudut taman dengan lampu-lampu yang redup menyala, aku bertemu dengannya. Pria itu, yang pandai melukis dan menyusun kata. Tidak sengaja. Saat diri merasa sepi dan sendiri. Sejak pertama melihat matanya, aku tahu ada separuh jiwaku pada rohnya.

Teduh. Begitu rasa ketika aku bersandar di bahunya, melepaskan segala sedu-sedan. Aku merasa hidupku berwarna berkatnya. Ada yang menungguku berkeluh kesah tentang kegalauan dan sepi. Ada yang menantiku menggoreskan pena. Ada sebuah karya yang senantiasa kutunggu, melalui tangannya yang lihai memainkan warna dengan kuas di atas sebuah kanvas. Hanya rindu dan kasih yang menyeruak dalam kata-kata, ketika bersama, pun menjelang kita terlelap. Aku merasa inilah jatuh cinta.

Ia datang perlahan, menyentuh hati. Ada yang bermakna pada setiap hadirnya. Entah apa. Aku hanya bisa merasakannya.

.............

Selalu aku menanti senja, duduk di antara kursi taman yang kian dingin, angin sore yang mendayu, wangi aroma bunga malam. Berharap pria itu datang, membawakanku goresan hatinya pada sebidang kain putih. Tentang ruang-ruang persembunyiannya yang tak ingin ia bagi dan tak terjamah siapa-siapa. Ia selalu menepati janjinya. Langkahnya teratur, mengulum senyum dan memandangku iba dari kejauhan...

Lekas, bergegas.. searah rindu yang menggebu. Berpelukkan dalam karya dan kata.

Begitulah senjaku yang indah. Saat-saat terbaik yang ku punya.

...........

Senja masih merah kali ini. Aku masih duduk di kursi taman yang masih bertambah dingin. Mematung meresapi ketiadaan. Tidak ada langkah yang bergegas ke arahku kini. Tidak ada senyum simpul itu. Ia tidak akan datang pada senja kali ini, hanya barisan kata pada lembar kertas putih yang harum, kugenggam...

Maaf..jika aku tak punya banyak waktu lagi. Aku sedang sibuk merakit bintang menjadi satu rasi maha karya, hanya untuk menambah untaian sinar di langit malam.

Maaf..jika aku tidak lagi banyak bicara, aku mencoba merangkai kata untuk mempersembahkan seluruhnya yang terkarya bagi diri.

Maaf ..jika ternyata aku memalingkan wajah malam ini. Aku hanya ingin lelap dan biarkan aku dalam senyap

Tidak tahu mengapa. Dan ada apa. Namun, aku terlanjur mencintai senjaku yang indah, Aku terlanjur nyaman bersama angin dan aroma bunga malam, Aku terlanjur menyukai duduk di atas dinginnya kursi taman. Terlebih, ia terlanjur merasuki sukmaku. Ia begitu indah. Aku akan terus menantinya. Di sini. Di taman ini. Setiap hari. Setiap senja.... Semoga ia lekas datang, berbagi kisah-kisah dari ruang-ruang persembunyiannya.

Created by : nyitz82